Thursday 23 February 2017

HoloLens


       Masihkah ingat akan film-film sci-fi ketika kita masih anak-anak, seperti StarWars dalam suatu scene yang dimana Obiwan menerima pesan hologram dari rebellion oleh sebuah robot. Ataupun film sci-fi zaman modern, seperti The Avengers yang dimana sebuah scene menunjukan Tony Stark sedang mengoperasikan komputer hologram.

       Memang dahulu hanyalah sebuah fantasy belaka, tetapi pada era teknologi sekarang ini memungkinkan untuk di terapkan dalam kehidupan kita sehari hari. Betapa tidak, Hologram sekarang sudah dapat kita gunakan seperti layaknya dalam sebuah film sci-fi, lewat sebuah perangkat canggih besutan Microsoft yang bernama HoloLens. Apa itu HoloLens, mari kita simak literatur berikut.

       HoloLens adalah sebuah teknologi komputasi visual yang memiliki fungsi mirip seperti kacamata pintar. Microsoft Hololens menggabungkan antara virtual reality dan augmented reality sehingga menciptakan mixed reality. Mixed reality memungkinkan membawa  tampilan grafis dalam dunia virtual ke dalam dunia nyata. Pengguna bisa berinteraksi dengan benda virtual yang dihasilkan oleh microsoft hololens.

       Microsoft Hololens juga mampu mengenali tatapan dan suara. Microsoft Hololens dilengkapi dengan lensa high definition see through holographic yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan membentuk hologram dengan gerakan, berkomunikasi dengan aplikasi menggunakan suara. HoloLens dapat memberi info lebih detail tentang apa yang sedang dilihat pengguna atau memahami perintah pengguna, baik perintah dengan perkatakan, atau melalui gerakan tubuh.

Spesifikasi :
  OPTICS :
  * See-through holographic lenses (waveguides)
  * 2 HD 16:9 light engines
  * Automatic pupillary distance calibration
  * Holographic Resolution: 2.3M total light points
  * Holographic Density: >2.5k radiants (light points per radian)
  SENSOR :
* 1 IMU
* 4 environment understanding cameras
* 1 depth camera
* 1 2MP photo / HD video camera
* Mixed reality capture
* 4 microphones
* 1 ambient light sensor
CONNECTIVITY :
* Built-in speakers
* Audio 3.5mm jack 
* Volume up/down
* Brightness up/down
* Tombol power
* Battery status LEDs
* Wi-Fi 802.11ac
* Micro-USB 2.0
* Kabel
SYSTEM :
* Windows 10
* Windows Store
PROSESOR :
* Intel 32 bit architecture
* Microsoft Holographic Processing Unit (HPU 1.0)
    MEMORY :
    * 64GB Flash
    * 2GB RAM (2GB CPU and 1GB HPU)

    Source :


    Wikipedia.org

    Sunday 19 February 2017

    Acer Predator XB321HK

           Monitor Ultra HD dengan resolusi 3.840 x 2.160 pixel yang populer disebut dengan 4K, meski sudah mulai banyak ditawarkan, sampai kini belum menjadi mainstream. Apalagi monitor Ultra HD yang juga dilengkapi dengan fasilitas khusus untuk bermain game seperti halnya Acer Predator XB321HK.


           Lalu apa fasilitas khusus untuk bermain game yang ditawarkan oleh Acer Predator XB321HK ini? Jawabannya adalah NVIDIA G-SYNC. Dengan NVIDIA G-SYNC, refresh rate dari monitor bisa disinkronkan dengan frame per second yang dihasilkan kartu grafis NVIDIA tertentu. Akibatnya, game yang dimainkan bisa tampil lebih mulus dengan lebih sedikit tearing dan stuttering.

           Kombinasi resolusi 3.840 x 2.160 pixel dan ukuran diagonal 32 inci pun membuat monitor ini nyaman digunakan untuk beragam keperluan, tidak hanya untuk bermain game.
    Gambar yang dihasilkan tetap terlihat tajam dan default font Windows terlihat nyaman di mata. Tidak hanya resolusi, menggunakan panel IPS, Acer Predator XB321HK juga bisa menampilkan warna dengan baik. Dynamic contrast-nya pun diklaim mencapai 100.000.000:1. Dengan kata lain, kualitas gambar yang dihasilkannya terbilang cukup bagus.

    Microsoft Surface Studio



           Microsoft akhirnya menghadirkan sebuah penantang serius untuk melawan komputer desktop all in one (AiO) milik Apple, iMac. Ya, Microsoft meluncurkan komputer desktop all in one Surface Studio yang tidak hanya mampu menyaingi iMac dalam hal penampilan, tapi juga spesifi kasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna di segmen profesional.

           Microsoft Surface Studio ini hadir dengan desain yang sangat ramping. Secara garis besar Surface Studio terdiri dari sebuah layar sebesar 28 inci dengan resolusi 4.500 x 3.000 pixel dengan sebuah kotak yang menjadi pijakannya. Kotak ini berisi seluruh komponen Microsoft Surface Studio. Keduanya dihubungkan dengan rangka berbahan aluminium serta dilengkapi dengan engsel.


           Yang menarik, engsel pada Microsoft Surface Studio ini bisa menurunkan layar sampai membentuk sudut dua puluh derajat dan menjadikannya seperti sebuah kanvas digital berukuran besar. Apalagi, Microsoft Surface Studio ini juga kompatibel dengan stylus Surface Pen sehingga membuatnya sangat nyaman untuk menggambar.


    Saturday 18 February 2017

    Teknologi Yang Melampaui Zamannya



           Inovasi merupakan kata kunci yang menjadi salah satu tolok ukur kemajuan suatu perusahaan, lebih-lebih yang bergerak di bidang teknologi. Perusahaan yang kurang memiliki inovasi, meski perusahaan besar dan mapan sekalipun, bisa jadi akan terlindas oleh perusahaan kecil yang inovatif.

           Meskipun begitu, ada kalanya inovasi yang dicetuskan oleh suatu perusahaan atau salah seorang karyawan maupun pemimpinnya “kebablasan”, terlalu kreatif atau terlalu maju untuk zamannya.
    Bila akhirnya produk inovatif tersebut diproduksi dan dipasarkan, di sinilah ujian sesungguhnya dimulai. Produk tersebut bisa menjadi pionir bagi produk- produk sejenis yang tentu saja bakal mengekornya, atau sebaliknya gagal total karena pasar dan ekosistem yang tidak siap menerima inovasi yang radikal tersebut.

           Ironisnya, produk yang gagal ini bisa jadi sekian tahun kemudian, ketika ekosistem pendukung sudah lebih siap, ditiru oleh perusahaan lain dan mendapatkan kesuksesan besar.
    Terlepas dari persoalan berhasil atau gagal, kami akan mencoba mengulas beberapa produk teknologi yang dianggap melampaui zamannya ketika produk tersebut dirilis.

    Apple Newton


           Jika diproduksi pada zaman sekarang, Apple Newton barangkali setara dengan sebuah komputer tablet atau phablet. Namun pada eranya dulu, Apple Newton dikategorikan sebagai personal digital assistant (PDA). Bahkan, istilah PDA itu sendiri rupanya berasal dari John Sculley (CEO Apple pada saat itu), yang menjadi otak di balik lahirnya Apple Newton.
    Apple telah mulai mengembangkan PDA Newton sejak 1987 dan produksi perdananya dimulai pada tahun 1993. Perangkat Newton ini berjalan di atas sistem operasi Newton OS dan diperkuat prosesor ARM 610 RISC. Sebagai sebuah PDA, Newton dilengkapi dengan berbagai aplikasi untuk mengelola data pribadi, seperti Notes, Names, Dates, kemudian ada juga aplikasi kalkulator, konversi satuan, 
    dan lain-lain.

           Salah satu yang menarik dari PDA Newton ini adalah layar sentuhnya. Tetapi ironisnya, layar sentuh itu pulalah yang boleh disebut sebagai biang keladi kegagalan PDA Newton. 
    Yang pertama, layar sentuh itu harus dioperasikan dengan stylus. Yang kedua, fitur pengenalan tulisan tangannya masih sangat jauh dari harapan. Tingkat kesalahannya sangat tinggi hingga membuat penggunanya jengkel. Yang ketiga, layar sentuh membuat harga PDA Newton jadi sangat mahal
    Tidak hanya itu, bahasa pemrograman Dylan yang digunakan oleh para pengembang dalam membuat aplikasi untuk Newton ternyata juga belum matang. Bahkan, status Dylan akhirnya turun menjadi ekperimental dan posisinya digantikan oleh NewtonScript. Kombinasi hal-hal negatif itulah yang membuat Newton tidak berhasil menembus pasar dan akhirnya dihentikan produksinya.


    Microsoft Tablet PC


           Bukan, ini bukan membicarakan soal Microsoft Surface, komputer tablet buatan Microsoft yang 
    diluncurkan pada tahun 2012. Ini adalah Microsoft Tablet PC yang dirilis pada tahun 2000, sepuluh tahun sebelum iPad. Ini adalah contoh sebuah inovasi yang terlalu maju melampaui zamannya dan gagal, namun sekian tahun kemudian justru keberhasilannya dicuri oleh pesaing.

           Tablet PC yang pertama kali diperkenalkan oleh Microsoft pada tahun 2000 masih berwujud purwarupa. Perangkat itu telah dilengkapi dengan layar sentuh, hanya saja jumlah warnanya masih terbatas. Justru warna fisik perangkatnya yang lebih mencolok. Microsoft baru benar-benar merilis 
    Tablet PC pada tahun 2002. Tablet PC sendiri diproduksi oleh perusahaan lain yang lebih berpengalaman dalam pembuatan perangkat keras. Purwarupa Tablet PC pada tahun 2000 dibuat oleh Lenovo, sedangkan Tablet PC yang diluncurkan pada tahun 2002 adalah produksi Fujitsu.

           Tablet PC yang dibuat oleh Fujitsu telah memiliki peningkatan cukup signifikan dibandingkan purwarupa. Salah satunya adalah layar dengan jumlah warna yang lebih banyak dan lebih “alami”.
    Mengapa Tablet PC gagal? Salah satu penyebabnya adalah sistem operasi yang digunakan, yaitu Windows XP. Ya, Windows XP memang salah satu sistem operasi terbaik pada zamannya, tetapi untuk digunakan di PC desktop, bukan di Tablet PC. Pada Tablet PC, Windows XP terasa “berat” dan pengoperasiannya juga sebenarnya tidak dirancang untuk layar sentuh.

           Beberapa produsen yang kemudian mengikuti Fujitsu untuk memproduksi Tablet PC juga lebih memilih bermain aman dengan membuat komputer tablet hybrid alias notebook yang layar monitornya bisa diputar sedemikian rupa sehingga menjadi komputer tablet. Ini mirip dengan perangkat 2 in 1 masa sekarang. Belajar dari kesalahan Microsoft, Steve Jobs (Apple) membuat iPad dengan menggunakan sistem operasi yang sama sekali berbeda dengan sistem operasi dekstop. Selain itu, iPad didukung pula oleh pemilihan waktu serta paket penjualan komputer tablet yang tepat. Bentuknya pun jauh lebih atraktif.

    Audio Highway Listen Up MP3 Player

           Tahukah Anda bila pemutar musik digital sebenarnya telah mulai ada sejak tahun 1979? Penemunya adalah seorang ilmuwan bernama Kane Kramer. Pada tahun 1981, Kramer malahan telah mengajukan paten untuk temuannya tersebut.

           Pemutar musik digital tersebut memang sangat modern pada zamannya. Ukurannya hanya sebesar kartu kredit, serta memiliki tombol volume dan navigasi. Namun produk inovatif ciptaan Kramer ini memiliki lompatan teknologi yang terlalu jauh dibandingkan dengan zamannya. Pemutar 
    musik ini hanya bisa diberi memori sebesar delapan megabyte dan hanya sanggup memutar audio berdurasi tiga setengah menit. Mudah diduga, produk ini sama sekali tidak populer di pasaran. Kalah jauh dibandingkan dengan Sony yang saat itu perkasa dengan Walkman-nya.

           Pada tahun 1996, Nathan Schulhof meluncurkan sebuah pemutar musik digital juga dan format yang didukung adalah MP3. Nama produk pemutar MP3 tersebut adalah Audio Highway Listen Up MP3 Player. Berkat produknya tersebut, Nathan Schulhof sampai diberi julukan “Bapak Industri 
    Pemutar MP3”.Namun meski sudah ada lompatan hampir dua puluh tahun dibandingkan dengan pemutar musik digital Kane Kramer, Audio Highway Listen Up MP3 Player tidak bisa dibilang sukses juga. Salah satu kendalanya adalah koneksi internet yang saat itu masih belum begitu baik serta lagi-lagi kapasitas simpan yang terbatas. Audio Highway Listen Up MP3 Player memiliki harga sekitar US$299 dan hanya mampu menyimpan audio berdurasi satu jam.

    Produk Masa Depan di Masa Kini 

           Jika diamati, di masa kini sebenarnya ada beberapa produk yang bisa digolongkan melampaui zaman sekarang. Kebanyakan produk tersebut masih berupa purwarupa atau seandainya sudah diproduksi pun, masih diproduksi untuk kalangan terbatas dan dalam jumlah sedikit. Terlalu dini untuk mengatakan apakah produk-produk ini bakal sukses atau gagal.


    Beberapa contoh yang bisa diajukan antara lain adalah:
    Aerofex Aero-X, sebuah kendaraan melayang yang terinspirasi film Star Wars.
    Printer 3D, khususnya printer yang dapat mencetak jaringan organ tubuh manusia.
    Talos, yang merupakan baju tempur seperti milik Iron Man.
    Hoverboard, sebuah skateboard yang melayang seperti di film Back to the Future, namun berukuran
      lebih besar serta harus melayang di permukaan tertentu.
    Force Fields atau medan gaya yang bisa menjadi tameng atau pelindung dari senjata musuh.




    Source :
    Info Komputer Desember 2016


    Thursday 16 February 2017

    RealD 3D Movie

    RealD 3D

           RealD 3D is a digital stereoscopic projection technology made and sold by RealD. It is currently the most widely used technology for watching 3D films in theatres.


           RealD 3D cinema technology is a polarized 3D system that uses circularly polarized light to produce stereoscopic image projection. The advantage of circular polarization overlinear polarization is that viewers are able to tilt their head and look about the theater naturally without seeing double or darkened images. However, as with other systems, any significant head tilt will result in incorrect parallax and prevent the brain from correctly fusing the stereoscopic images.
           The high-resolution, digital cinema grade video projector alternately projects right-eye frames and left-eye frames, switching between them 144 times per second. The projector is either a Texas Instruments' Digital Light Processing device or Sony's reflective LCOS (liquid crystal on silicon). A push-pull electro-optical liquid crystal modulator called a ZScreen is placed immediately in front of the projector lens to alternately polarize each frame. It circularly polarizes the frames clockwise for the right eye and counter-clockwise for the left eye. The audience wears circularly polarized glasses that have oppositely polarized lenses that ensures each eye sees only its designated frame. In RealD Cinema, each frame is projected three times to reduce flicker, a system called triple flash. The source video is usually produced at 24 frames per second per eye (total 48 frames/s), which may result in subtle ghosting and stuttering on horizontal camera movements. A silver screen is used to maintain the light polarization upon reflection and to reduce reflection loss to counter some of the significant light loss due to polarization filter absorption. The result is a 3D picture that seems to extend behind and in front of the screen itself.


           3D systems for movies using polarized light cause a significant (about 75%) loss of screen brightness due to the inherent filter absorption. Although the silver screen used in RealD Cinema is brighter than the standard white screen used for 2D projection, the ZScreen polarization filter in front of the projector blocks half of the projected light, then half of the light reflected by the silver screen is filtered away by the polarized glasses. This results in less than 25% of the projected light reaching the eyes of the viewer. Conversely, in a standard 2D system, the only significant cause of light loss is absorption by the white screen. RealD estimates the viewer sees about 35% of the light when viewing RealD 3D when compared to a similarly projected 2D image on a standard white screen. The overall effect is that of wearing a pair of slightly darkened glasses in a standard movie theater, which could be compensated for by using about 3 times brighter projector lamps if a 100% compensation is intended.
           These glasses cannot be used as sunglasses despite their dark tint because their effect on nearby radiation (e.g. UV and IR) can be somewhat different. This means they might not block such wavelengths at all. As a result, the 3D glasses might expose the retina of the eye to an even higher dose of potential harmful light components as compared to normal exposure to sunlight as the eye adjusts the width of its iris opening according to the parts it can detect. Such 3D glasses might have warnings on their packaging that they will not work as sunglasses.








    Virtual Reality




           VR / Virtual Reality, Sering kali kita dengar beberapa dekade ini, Mungkin kita tidak tahu atau mengerti sesungguhnya apa yang di sebut VR itu. Sesungguhnya VR telah di kembangkan terbilang lama dalam beberapa dekade ini, Asal mulanya sejak tahun 1950 mulai di gunakan untuk Holographic sederhana, dan mengalami jatuh bangun dalam dekade yang lalu, semenjak itu bermunculan penyempurnaan VR hingga abad iniyang dimana technologi sudah mendukung. Untuk lebih mengerti apa itu VR / Virtual Reality..? Simak artikel berikut :



    Virtual reality or virtual realities (VR), which can be referred to as immersive multimedia or computer-simulated reality, replicates an environment that simulates a physical presence in places in the real world or an imagined world, allowing the user to interact in that world. Virtual realities artificially create sensory experiences, which can include sight, touch, hearing, and smell.
    Most up-to-date virtual realities are displayed either on a computer screen or with special stereoscopic displays, and some simulations include additional sensory information and focus on real sound through speakers or headphones targeted towards VR users. Some advanced haptic systems now include tactile information, generally known as force feedback in medical, gaming and military applications. Furthermore, virtual reality covers remote communication environments which provide virtual presence of users with the concepts of telepresence and telexistence or a virtual artifact (VA) either through the use of standard input devices such as a keyboard and mouse, or through multimodaldevices such as a wired glove or omnidirectional treadmills. The simulated environment can be similar to the real world in order to create a lifelike experience—for example, in simulations for pilot or combat training—or it can differ significantly from reality, such as in VR games.

    In 1938, Antonin Artaud described the illusory nature of characters and objects in the theatre as "la réalité virtuelle" in a collection of essays, Le Théâtre et son double. The English translation of this book, published in 1958 as The Theater and its Double,[1] is the earliest published use of the term "virtual reality".
    The term "artificial reality", coined by Myron Krueger, has been in use since the 1970s. The term "Virtual Reality" was used in The Judas Mandala, a 1982 science-fiction novel byDamien Broderick. The Oxford English Dictionary cites a 1987 article titled "Virtual reality", but the article is not about VR technology. Virtual Reality in its modern usage was popularized by Jaron Lanier through his company VPL ResearchVPL Research held many of the mid eighties VR patents, and they developed the first widely used HMD: EyePhone and Haptic Input DataGlove The concept of virtual reality was popularized in mass media by movies such as Brainstorm and The Lawnmower Man. The VR research boom of the 1990s was accompanied by the non-fiction book Virtual Reality (1991) by Howard Rheingold. The book served to demystify the subject, making it more accessible to less technical researchers and enthusiasts.



           VR / Virtual Reality nowaday have been used for Education, Training, Video Games, Arts, Archaeology, Architectural Design, Therapy, etc. Now starting used for Home Entertainment and Mobile too.. With Gear VR from SAMSUNG for their S Family's Smart Phone, with OCULUS they've bringing VR to the next level.

    Sunday 12 February 2017

    Gaming Dengan PC Kecil, Mengapa Tidak..

    INTEL NUC 6I7KYK “SKULLCANYON”

           Munculnya Intel NUC Skull Canyon, NUC keluaran Intel yang diciptakan untuk kalangan gamer membawa angin segar dan mengubah pola pandang orang tentang perangkat gaming. Berikut ini ulasan seberapa besar performa dan keuntungan menggunakan Skull Canyon.


           Jika awalnya kegiatan gaming identik dengan PC berukuran besar, disertai cooler dan graphic card yang sangar, perlahan-lahan style tersebut berubah ke ukuran yang lebih kecil. Hal ini erat kaitan-nya dengan perkembangan game yang bisa dimainkan secara multiplayer juga mobili-tas gamer yang beragam. Saat internet belum terjangkau untuk digunakan bermain, gamer perlu menggotong PC-nya kesana kemari jika ingin mela-kukan LAN Party seperti bermain Counter Strike atau Dota misalnya (diluar opsi ber-main di warnet tentu saja). Form factor motherboard yang semakin kecil seperti M-ATX dan Mini-ITX pun muncul untuk mengakomodasi kebutuhan gamer yang perlu membawa PC-nya kesana kemari dengan lebih mudah.

           Munculnya PC dengan form factor yang kecil tentu saja juga membawa kemudahan tersendiri dalam hal ukuran dan juga berat. Meski form factor yang kecil berdampak pada berkurangnya jumlah expansion slot yang tersedia, namun beberapa pengguna tidak mempermasalahkan, lantaran beberapa fitur sudah bisa terpenuhi atau bisa digantikan dengan perangkat yang menggunakan interface USB. PC yang lebih ringkas juga ditemukan pada Barebone PC dan NUC (Next Unit of Computing) yang dirilis oleh Intel.

           Sebenarnya NUC bukanlah produk yang baru saja muncul. Beberapa varian NUC sudah ada sejak era Sandy Bridge yang menggunakan Celeron 847 sebagai otaknya. Selain memiliki kelebihan dari segi ukuran, NUC memiliki efisiensi daya yang sangat baik. Bagaimana tidak? dengan konsumsi daya yang hanya 15 Watt, bahkan 5 Watt, Anda dapat menggantikan komputer berukuran besar dengan komputer yang lebih hemat tempat dan daya. Bagi kantor yang memerlukan penghematan, tentu NUC adalah pilihan yang menggoda.

           Hematnya daya dari NUC dikarenakan TDP processornya yang kecil. Meski hal ini membawa keuntungan dari segi panas dan kebutuhan daya yang rendah, berdampak pada performanya. NUC hanya cocok digunakan untuk keperluan ringan seperti mengetik, berinternet, ataupun menonton film. Pekerjaan desain grafis yang berat, apalagi bermain game tentu saja bukan opsi yang membuat Anda nyaman. Munculnya NUC Skull Canyon Pada Community Event “NUC SKULL CANYON – THE FASTEST MINI PC EVER„ yang diadakan oleh Berliancom, Intel berkesempatan meluncurkan NUC Skull Canyon pertama di Indonesia. Kota Surabaya menjadi kota pertama yang dipilih karena diyakini memiliki target market yang tepat untuk Skull Canyon.

          Menurut Business Manager Intel, kemunculan NUC Skull Canyon (Intel NUC 6i7KYK) mengubah persepsi dalam PC gaming dan NUC;
    Pertama, PC gaming identik dengan perangkat yang berukuran besar dan boros listrik.
    Kedua, NUC yang selama ini ada, kurang cocok untuk keperluan gaming. NUC Skull Canyon mengklaim mampu memadan­kan performa dari PC gaming dan NUC yang memiliki ukuran yang kecil menjadi Mini PC yang powerful.

           Dipersenjatai Intel Core i7 6770HQ, Skull Canyon memiliki beberapa keunggulan, diantaranya sebagai berikut.
    1. Turbo Boost 3.0 yang menggunakan Multiplier tertingginya di 35X untuk aplikasi yang hanya
        menggunakan 1 atau 2 Core dan 32x untuk aplikasi yang menggunakan 4 Core.
    2. eDRAM L4 Cache sebesar 128MB yang berfungsi untuk membantu Onboard Graphic Intel Iris Pro
        580. Tetapi dalam beberapa skenario, untuk aplikasi yang Cache sensitif seperti Image Editing dan
        program Kompresi (Winrar, 7Z, Winzip, dan lain sebagainya) sedikit banyak akan membantu
        performa.
    3. Intel Speed Shift Technology. Teknologi terbaru ini memungkinkan Intel Core i7 6770 mampu
        memaksimalkan Clock Prosesor secara lebih agresif dengan skala waktu 15ms per cycle. Namun,
        untuk dapat menggunakan fitur ini, Anda perlu menggunakan minimal Windows 8.1 keatas.
    4. Iris Pro HD580 yang memiliki 72 EU (Execution Unit), GPU Clock 350Mhz – 950Mhz
        (Overclockable)
    5. Intel Thunderbolt 3.0 yang nantinya mendukung External Graphic Card
    6. USB 3.1 Gen 2 Type C
    7. Mendukung 2x M.2 Port (Support SATA dan NVME).

           Paket penjualan dan kebutuhan perangkat lain Pada paket penjualan, NUC Skull Canyon memiliki paket standar bawaan. Selain unit Skull Canyon sendiri, Anda akan mendapatkan VESA Mounting, Adaptor (19V, 6.32A, 120W) dan Extra Lid Cover.
    VESA Mounting dapat Anda gunakan untuk menempelkan unit ke dinding, sedangkan Extra Lid Cover adalah spare part pengganti case Skull Canyon. Extra Lid Cover mempunyai permukaan yang polos tanpa ada logo tengkorak khas dari Skull Canyon. Sayangnya NUC Skull Canyon tidak disertai Memory dan Storage. Anda memerlukan Memory SODIMMDDR4, dengan tegangan 1.2V – 1.35V, kecepatan 2133+. Untuk storage sendiri, NUC ini menggunakan SSD M.2 dengan jumlah slot sebanyak dua buah. Karena hanya slot ini yang tersedia, Anda tidak dapat menggunakan hard disk ataupun SSD 2.5“.

           Pengujian dan Performa Dalam berbagai pengujian yang dilakukan, Skull Canyon memiliki performa yang mumpuni untuk digunakan bermain game, berbeda dengan NUC yang sudah ada di pasaran. Kekuatan grafis NUC Skull Canyon yang setara dengan NVIDIA 750, juga membuatnya setara dengan Mid-End PC. Dalam beberapa kasus tertentu, Intel NUC 6i7KYK mampu bersaing dengan PC High-End 5 Tahun yang lalu, yang menggunakan Intel Xeon de­ngan 6 Core 12 Thread. Perbedaan listrik dan efisiensi yang dapat diperoleh pun juga sangat jauh berbeda. Jika PC High End 5 tahun lalu menggunakan daya setidaknya 88W saat idle dan 240W dalam keadaan load. NUC Skull Canyon hanya memerlukan 17W saat idle dan 77W ketika load.

           Berdasarkan hasil pengujian, Anda memang tidak bisa menikmati bermain game berkualitas tinggi dengan setting maksimal. Karena alasan ini Skull Canyon lebih diperuntukkan bagi casual gamer, kelompok gamer yang puas selama bermain game lancar dimanapun ia berada tanpa terlalu memperhatikan kualitas dan detil yang tinggi.
    Sedangkan bagi para enthusiast atau penikmat game yang memperhatikan detil, tentu saja Desktop PC Gaming masih menjadi pilihan yang disarankan. Tidak hanya untuk game, performa Skull Canyon juga mumpuni untuk workstation. Dalam artian pekerjaan yang memerlukan performa tinggi seperti desain grafis bahkan 3D dan sebagainya. Anda tidak perlu khawatir mengenai suhu yang dihasilkan NUC Skull Canyon, karena case yang didesain khusus akan menjaga sirkulasi udara mulai dari memori, chipset juga tetap dingin meski dalam case yang tertutup.

           Agar dapat menggunakan NUC Skull Canyon, Anda memerlukan interface HDMI yang wajib dimiliki. Jika Anda bepergian dan ingin menggunakan NUC Skull Canyon, Anda perlu menyediakan kabel HDMI dan juga monitor atau TV yang memiliki port HDMI. Hal ini membawa keuntungan tersendiri saat Anda sedang liburan misalnya, dengan begitu Anda tidak perlu membawa notebook gaming yang cenderung berat dan besar. Akan tetapi, hal yang perlu dipastikan adalah tempat tujuan Anda menggunakan perangkat  ini  memiliki monitor dengan interface HDMI, agar NUC Skull Canyon bisa digunakan. Selain itu, untuk output suara, Anda bisa menggunakan speaker bawaan dari monitor.

           Dengan form factor-nya yang kecil dan lebih hemat daya, bisa jadi, tren casual gamer akan berpindah dari PC gaming berukuran besar ke NUC Skull Canyon. Hal ini didukung dengan daya NUC Skull Canyon yang lebih rendah, juga lebih mudah dibawa kemana-mana. 
    Selama game yang dimainkan tidak patah-patah karena fps yang kecil, NUC Skull Canyon juga cocok bagi para pemain game MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) seperti League of Legends dan DOTA 2 ataupun game lain seperti MMORPG, dan Multiplayer First-Person Shooter seperti "Counter Strike: Global Offensive".

           Intel NUC 6i7KYK "SKULLCANYON" ini dapat dijadikan sebagai alternatif bagi Anda yang mencari performa tanpa harus mengorbankan faktor kenyamanan. "Dengan ukuran yang hanya sebesar tablet 8 inci, seriously this is the fastest Mini PC ever..." 





    Source : Chip November 2016


    Saturday 11 February 2017

    kbps or kBps

    Did you ever realized when you surfing on the net, or when downloading some files, musics, or movies that download speed not as fast as you expected.. why...?

    Here's the answer..

    Measure of file size: KBps
    File size i.e. how big the file or how much space a file occupies in the hard disk measured in terms of KiloBytes (KB upper case “K” and upper case “B”). In computing terms the upper case “K” stands for 1024. 1024 is computed from 210. (2 power 10). 2 denote the number of characters in the binary system which is used to store data in the disc (ones and zeroes).
    Other abbreviations like mega, giga and terra also use the base as 1024,

    1KB (KiloByte) = 1024 Bytes (approximately 1000 Bytes)
    1MB (MegaByte) = 1024 KB (approximately 1000 KiloBytes or 1 million Bytes)
    1GB (GigaByte) = 1024 MB (approximately 1000 MegaBytes or 1 billion Bytes)
    1TB (TerraByte) = 1024 GB (approximately 1000 GigaBytes or 1 trillion Bytes)

    Measure of data transfer speeds: kbps
    Data transfer speed over the networks (including the internet) is calculated in terms of bits per second: kilobits (kb small case “k” and small case “b”). The higher the kbps i.e. more the bits transferred per second, more the speed, faster the network/connection. Here k stands for 1000 (103 )

    1 kbps (kilo bits per second) = 1000 bits per second
    1 Mbps (mega bits per second) = 1000 kilo bits per second.
    1 Gbps (giga bits per second) = 1,000 mega bits per second.

    ISP bandwidth and download speeds
    The most common confusion caused by the similarity of KBps and kbps is when it comes to internet bandwidth and download speeds. People often complain that their ISP promised 512kbps connectivity but they are seldom able to download any file at 512 KBps. They fail to notice the difference in cases of the units and hence think their ISP is cheating them or offering them poor quality service. As mentioned earlier data transfer speeds are always calculated in terms of kilo bits per second (kbps) so an ISP connectivity of 512 kbps promises of transfer of at the max 512 kilo bits per second.

    On the other hand, file size measure is always in Kilo Bytes and thus download speeds are always calculated based on how many Bytes per second are downloaded and hence Kilo Bytes per second (KBps). KBps and kbps are not interchangeable.

    So an internet connectivity of say 512kbps can never achieve a download speed of 512 KBps. To calculate the maximum download speed of a “X kbps” connection, we need to use a simple formula as below.

    Download KBPS speed = (Kbps value*1000) /8)) / 1024.

    I.e. For a connectivity of 512 kbps

    kbps value * 1000 = 512 * 1000 = 512000

    512000 / 8 = 64000

    64000 / 1024 = 62.5 KBps

    Therefore theoretically an internet connection of 512kbps bandwidth can download at a speed of 62.5 KBps

    If you don’t want to go through all the hassles of the above formula, just multiply the kbps value with 0.1220703125 to get the KBps value.

    512 kbps * 0.1220703125 = 62.5 KBps. Simple!

    Internet connectivity Download speed (approx)
    256 kbps 31.3 KBps
    384 kbps 46.9 KBps
    512 kbps 62.5 KBps
    768 kbps 93.8 KBps
    1 mbps ~ 1000kbps 122.1 KBps

    I have mentioned download speed as approximate because they will vary (always reduce) by 15 – 20% due to network signal loss, computer hardware overheads etc. So for realistic, real world figures always reduce 15 – 20% from the computed KBPS download speeds
    Now I guess the confusion of kbps and KBps has cleared away. Just remember when you talk in terms of network it’s always bites per second (bps) and when you talk in terms of storage and files its always Bytes per second (Bps). And next time you won’t complain when your 512 kbps connection does not give you download speeds of 512KBps because now you know why..

    Monday 6 February 2017

    MSI GTX 1050 Ti 4G OC


           Seri VGA card terbaru besutan nVidia yaitu GeForce GTX 1050 Ti dan GTX 1050 adalah dua graphics card yang memiliki keistimewaan tersendiri jika dibandingkan anggota keluarga GeForce GTX seri 10 lainnya, bagaimana tidak, jika yang lainnya masih menggunakan GPU dengan proses fabrikasi 16 nm, kedua graphics card tersebut justru sudah mengadopsi teknologi arsitektur 14 nm. Ini membuatnya memiliki efisiensi daya yang lebih baik dan performa yang lebih optimal.

           Saat ini, sudah ada beberapa produsen graphics card yang mengadopsi GPU GP107-300 dan GP107-400 yang terpasang pada GeForce GTX 1050 dan GTX 1050 Ti. Salah satu yang sudah masuk Indonesia adalah MSI GeForce 1050 Ti 4G OC. Dengan desain berbeda dengan anggota keluarga GeForce GTX seri 10 lainnya, graphics card ini datang dengan dimensi yang sangat mungil yakni 177 x 118 x 34 mm. Ini terbilang wajar, mengingat ia diposisikan sebagai graphics card kelas low-end, Oleh karenanya, memory bus yang dimilikinya pun lebih kecil, yakni hanya 128-bit. Meski begitu, ukurannya yang kecil menjadi nilai tambah tersendiri karena dapat terpasang di dalam casing mini. Dikarenakan tak menghasilkan panas sebanyak graphics card kelas atas, MSI hanya menggunakan sebuah heatsink yang cukup tebal untuk mengalirkan panas dari GPU GP107-400 yang
    terpasang pada MSI GeForce 1050 Ti 4G OC.

           Sementara untuk membuang panas dari heatsink, terpasang sebuah kipas berdiameter 8 cm pada sisi depan. Walaupun bukan termasuk dalam jajaran seri gaming enthusias, MSI masih mengizinkan Anda untuk melakukan overclocking melalui aplikasi MSI Afterburner. Agar tetap prima saat dioverclock, MSI menempelkan berbagai komponen solid pada graphics card ini yang tergabung dalam feature MSI Military Class 4. Salah satunya adalah solid capacitor. Memiliki Thermal Design Power (TDP) maksimal yang kecil (75 watt) membuatnya tak dibekali dengan konektor pin power. Itu artinya, graphics card ini sudah bisa beroperasi secara optimal tanpa harus mengandalkan daya tambahan dari power supply.

           Namun jika Anda ingin menggunakan MSI GeForce 1050 Ti 4G OC, setidaknya Anda harus menggunakan power supply minimal 300 watt agar seluruh komponen yang ada di dalam komputer juga bisa berjalan dengan semestinya. Pada bagian sampingnya, terdapat tiga port output display yang terdiri dari HDMI, DisplayPort, dan DVI-D masing-masing satu buah. Ketika menggunakan satu monitor, Anda bisa memilih salah satu dari port tersebut untuk bisa menampilkan gambar dari desktop PC. Atau, jika kurang puas, Anda bisa menggunakan konfigurasi NVIDIA Surround dengan cara mengoneksikan tiga monitor pada masing-masing port output display yang ada. Tak cuma konektor pin power, graphics card ini juga tak dibekali dengan gold notch pada sisi atas PCB. Ini artinya, Anda tak bisa melakukan konfigurasi NVIDIA SLI pada MSI GeForce 1050 Ti 4G OC, baik 2-Way SLI, 3-Way SLI maupun SLI HB. Pasalnya, konektor tersebut biasanya digunakan untuk menghubungkan satu graphics card ke graphics card lainnya. Tak cuma seri GTX 1050 Ti, sebelumnya GTX 1060 juga tak memiliki gold notch. Namun hal ini sama sekali bukan masalah bagi Anda yang tak berencana untuk menggunakan lebih dari satu graphics card.

           Performa Sebagai graphics card seri overclock, MSI GeForce GTX 1050 Ti 4G OC datang dengan konfigurasi GPU clock yang lebih tinggi dari model reference. Secara default, graphics card ini memiliki base GPU clock 1.341 MHz dan boost clock 1.455 MHz. Sementara model reference NVIDIA hanya mempunyai base GPU clock 1.290 MHz dam boost clock 1.392 MHz. Tak hanya GPU clock-nya saja, MSI juga meningkatkan memory clock dari 7.000 MHz ke 7.008 MHz. Walaupun selisih angkanya tak terlalu jauh berbeda, konfigurasi clock yang lebih tinggi berhasil membuat performanya lebih kencang dari model reference. Ketika diuji dengan menggunakan game
    Grand Theft Auto V pada konfigurasi VERY HIGH dan resolusi Full HD, graphics card ini hanya mampu mendapatkan angka rata-rata frame sebesar 29,76 fps. Jika masih terasa kurang lancar, Anda bisa mengurangi konfigurasi anti-aliasing dan berbagai detail objek untuk mendapatkan angka di atas 50 fps.

           Ketika menggantinya dengan game Battlefield 4 dan Rise of The Tomb Raider, hasilnya sedikit berbeda. Namun keduanya masih berjalan di bawah 60 fps sehingga pada beberapa scene masih terasa tersendat-sendat. Pada game Battlefield 4, graphics card ini berhasil mendapatkan angka 51,19
    fps. Sementara pada game Rise of The Tomb Raider, secara keseluruhan poin yang diperoleh adalah 43,94 fps. Sedangkan pada skenario Mountain Peak, Syria, dan Geothermal Valley, masing-masing skor yang didapatkan adalah 54,7 fps, 41,12 fps, dan 35,52 fps.


    Specs :
    Arsitektur: GP107-400
    Instruction Set: Pascal
    Compute Unit: 32
    CUDA Core: 768
    GPU Clock: 1341 MHz
    GPU Boost: 1455 MHz
    Memori: 4 GB GDDR5
    Memory Clock: 7008 MHz
    Bus Size: 128-bit
    Interface: PCI Express 3.0 x16
    TDP: 75 Watt


    Wednesday 1 February 2017

    Ransomware Mulai Memanfaatkan Media Sosial

          Apakah anda penguna Facebook atau LinkedIn, sebaiknya Anda mulai berhati-hati. Sebab, beberapa waktu lalu diketahui terdapat kerentanan (vulnerabilityin) berupa celah keamanan pada kedua social network tersebut. Kerentanan ini membuat PC akan mudah terinfeksi cukup dengan membuka file gambar. 


           Ransomware yang bernama Locky ini juga diketahui telah memiliki metode baru yang efektif dalam menginfeksi pengguna PC. Menurut perusahaan sekuriti Check Point, penyerang meng-upload kode berbahaya dengan memanfaatkan celah keamanan website dalam menangani (membuka) file gambar. Metode ini bisa memaksa korbannya untuk men-download file gambar melalui browser. Saat gambar dibuka, sistem PC mereka akan terinfeksi oleh malware jenis ransomware Locky.

           Seperti ransomware lainnya, Locky meng-encrypt file-file yang ada di PC korban (dokumen, video, audio, dan lain-lain) dan menuntut sejumlah pembayaran (biasanya dengan Bitcoin) kepada sang korban agar file bisa diakses kembali (decrypt). Locky mulai menyebar pada awal 2016 melalui email dan beberapa jenis file lainnya. Meski cara menghindari dari infeksinya relatif mudah, yakni dengan tidak membuka file gambar, metode ransomware dalam memilih website yang biasanya dipercaya sistem keamanannya (Facebook dan LinkedIn) patut diwaspadai oleh setiap pengguna.


           Sejauh ini, Facebook sudah mengetahui masalah tersebut dan menyalahkan ekstensi browser Chrome yang buruk sehingga mengirimkan pesan ke pengguna PC. Kini Facebook mengklaim telah memblokirnya. Benar tidaknya jawaban Facebook, Check Point memberikan saran penting bagi pengguna yang terlanjur mengklik gambar tersebut dan langsung di-download oleh browser. Pengguna dianjurkan untuk sama sekali tidak membuka file gambar tersebut, terutama file dengan ekstensi yang tidak umum.


    Source : Chip magz Desember 2016